Maulid Nabi Muhammad SAW
1437 H
Osis-Rohis SMK Negeri 1 Plered
Logo Maulid Nabi Muhhamad SAW 1437 H |
Maulid Nabi Muhammad SAW kadang-kadang Maulid Nabi atau Maulud saja (bahasa Arab: مولد النبي, mawlid an-nabī), adalah peringatan hari lahir Nabi Muhammad SAW, yang di Indonesia perayaannya jatuh pada setiap tanggal 12 Rabiul Awal dalam penanggalan Hijriyah. Kata maulid atau milad dalam bahasa Arab berarti hari lahir. Perayaan Maulid Nabi merupakan tradisi yang berkembang di masyarakat Islam jauh setelah Nabi Muhammad SAW wafat. Secara subtansi, peringatan ini adalah ekspresi kegembiraan dan penghormatan kepada Nabi Muhammad.
Baner Maulid 1437 H |
Sejarah
Peringatan Maulid Nabi pertama kali dilakukan oleh Raja Irbil
(wilayah Irak sekarang), bernama Muzhaffaruddin Al-Kaukabri, pada awal
abad ke 7 Hijriyah. Ibn Katsir dalam kitab Tarikh berkata:
Sultan Muzhaffar mengadakan peringatan Maulid Nabi pada bulan Rabi'ul Awal. Dia merayakannya secara besar-besaran. Dia adalah seorang yang berani, pahlawan, alim dan seorang yang adil – semoga Allah merahmatinya.
Tamu Undangan dan Peserta Maulid |
Dijelaskan oleh Sibth (cucu) Ibn Al-Jauzi bahwa dalam peringatan
tersebut, Sultan Al-Muzhaffar mengundang seluruh rakyatnya dan seluruh
ulama dari berbagai disiplin ilmu, baik ulama dalam bidang ilmu Fiqh,
ulama Hadits, ulama dalam bidang ilmu kalam, ulama usul, para ahli tasawuf,
dan lainnya. Sejak tiga hari, sebelum hari pelaksanaan Maulid Nabi, dia
telah melakukan berbagai persiapan. Ribuan kambing dan unta disembelih
untuk hidangan para hadirin yang akan hadir dalam perayaan Maulid Nabi
tersebut. Segenap para ulama saat itu membenarkan dan menyetujui apa
yang dilakukan oleh Sultan Al-Muzhaffar tersebut. Mereka semua
berpandangan dan menganggap baik perayaan Maulid Nabi yang digelar untuk
pertama kalinya itu.
Tamu undangan dan Peserta Maulid |
Master Of Ceremony |
Bpk Isep Saepuloh (Waka Kurikulum) |
Bpk Oky Setiawa (Perwakilan Kesiswaan) |
Para ahli sejarah, seperti Ibn Khallikan, Sibth Ibn Al-Jauzi, Ibn
Kathir, Al-Hafizh Al-Sakhawi, Al-Hafizh Al-Suyuthi dan lainnya telah
sepakat menyatakan bahwa orang yang pertama kali mengadakan peringatan
maulid adalah Sultan Al-Muzhaffar. Namun juga terdapat pihak lain yang
mengatakan bahwa Sultan Salahuddin Al-Ayyubi
adalah orang yang pertama kali mengadakan Maulid Nabi. Sultan
Salahuddin pada kala itu membuat perayaan Maulid dengan tujuan
membangkitkan semangat umat islam yang telah padam untuk kembali
berjihad dalam membela islam pada masa Perang Salib.
Ahmad bin ‘Abdul Halim Al Haroni rahimahullah mengatakan,
صَلَاحِ الدِّينِ الَّذِي فَتَحَ مِصْرَ ؛ فَأَزَالَ عَنْهَا دَعْوَةَ
العبيديين مِنْ الْقَرَامِطَةِ الْبَاطِنِيَّةِ وَأَظْهَرَ فِيهَا
شَرَائِعَ الْإِسْلَامِ
Artinya:
“Sholahuddin-lah yang menaklukkan Mesir. Dia menghapus dakwah
‘Ubaidiyyun yang menganut aliran Qoromithoh Bathiniyyah (aliran yang
jelas sesatnya, pen). Shalahuddin-lah yang menghidupkan syari’at Islam
di kala itu.”[1]
Dalam perkataan lainnya, Ahmad bin ‘Abdul Halim Al Haroni rahimahullah mengatakan,
فَتَحَهَا مُلُوكُ السُّنَّة مِثْلُ صَلَاحِ الدِّينِ وَظَهَرَتْ فِيهَا
كَلِمَةُ السُّنَّةِ الْمُخَالِفَةُ لِلرَّافِضَةِ ثُمَّ صَارَ الْعِلْمُ
وَالسُّنَّةُ يَكْثُرُ بِهَا وَيَظْهَرُ
Artinya:
“Negeri Mesir kemudian ditaklukkan oleh raja yang berpegang teguh
dengan Sunnah yaitu Shalahuddin. Dia yang menampakkan ajaran Nabi yang
shahih di kala itu, berseberangan dengan ajaran Rafidhah (Syi’ah). Pada
masa dia, akhirnya ilmu dan ajaran Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam semakin terbesar luas.”[2]
Sumber lain mengatakan perayaan Maulid yang sebenarnya diprakarsai
oleh Dinasti Fatimiyyun sebagaimana dinyatakan oleh banyak ahli sejarah.
Berikut perkataan ahli sejarah mengenai Maulid Nabi.
Ceramah Siswa |
Asy Syaikh Bakhit Al Muti’iy, mufti negeri Mesir dalam kitabnya
mengatakan bahwa yang pertama kali mengadakan enam perayaan maulid
yaitu: perayaan Maulid (hari kelahiran) Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam, maulid ‘Ali, maulid Fatimah, maulid Al Hasan, maulid Al Husain
–radhiyallahu ‘anhum- dan maulid khalifah yang berkuasa saat itu yaitu
Al Mu’izh Lidinillah (keturunan ‘Ubaidillah dari dinasti Fatimiyyun)
pada tahun 362 H.[4]
Begitu pula Asy Syaikh ‘Ali Mahfuzh dalam kitabnya Al Ibda’ fi
Madhoril Ibtida’ (hal. 251) dan Al Ustadz ‘Ali Fikriy dalam Al
Muhadhorot Al Fikriyah (hal. 84) juga mengatakan bahwa yang mengadakan
perayaan Maulid pertama kali adalah ‘Ubaidiyyun (Fatimiyyun).
Penceramah Utama (Ust. Jaja, Wanayasa) |
0 comments:
Post a Comment